Pidato Jenderal Sudirman tentang Kapitalisme

by -
Jenderal Besar Soedirman

SEMANGAT SEJARAH – Pada Juli 1946, Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam malam ta’aruf Muhammadiyah menyampaikan amanat yang intinya menyinggung bahaya kelompok imperialis dan kapitalis.

Amanat tersebut telah dimuat di Suara Muhammadiyah edisi bulan Juli 1946. Walaupun disampaikan di hadapan warga Muhammadiyah puluhan tahun silam—Sudirman adalah tokoh kepanduan Muhammadiyah Hisbul Wathon yang berarti ‘cinta tanah air’, amanat tersebut masih relevan untuk saat ini. Berikut adalah kutipan langsung pidato Sudirman yang dilansir laman Sangpencerah rimanews, Sabtu (13/05/2017).

Assalamu’alaikum wr. wb.
Merdeka!

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Murah lagi Maha Asih tetap memberi perlindungan, petunjuk serta kekuatan pada hamba-Nya yang terus-menerus sama melakukan kewajiban, membela serta mempertahankan Kedaulatan dan Kemerdekaan negara Republik Indonesia.

Saudara Pemimpin dan hadirin sekalian yang terhormat.
Kami, mengucapkan syukur dan gembira dalam saat yang sangat genting-penting ini, pergerakan Islam Muhammadiyah dapat menyelenggarakan pertemuan silaturahim yang sangat penting artinya, dalam suasana perjuangan kemerdekaan yang sangat memuncak ini. Kami percaya dan yakin, bahwa, segala keputusan yang diambil dalam pertemuan selama ini akan sangat besar faedah dan gunanya, untuk menambah dan memperkuat bekal perjuangan kemerdekaan dan selanjutnya langkah serta amalan Muhammadiyah dapat disesuaikan dengan jalannya perjuangan pada dewasa ini.

Saudara-saudara sekalian !
Suasana politik yang meliputi negara dan bangsa kita dan yang akan menentukan nasib negara serta Bangsa Indonesia, untuk berabad-abad lamanya, telah sampai pada puncaknya. Naskah rencana persetujuan Indonesia–Belanda telah di paraf dan disiarkan. Kita sekalian masih harus menunggu keputusan dari Badan Perwakilan Rakyat, yang berkewajiban merundingkan dan menentukan sikapnya terhadap naskah persetujuan itu. Dapat diterima atau tidak. Sementara waktu lagi sidang K.N.I pusat pleno yang merupakan Badan Perwakilan Rakyat segera diadakan, untuk menentukan sikaptnya terhadap naskah persetujuan tersebut. Dalam pada itu tiap-tiap partaipun sama menyelenggarakan pertemuan, untuk menentukan sikapnya terhadap naskah persetujuan Indonesia – Belanda. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah kewajiban kita sekalian selama belum ada ketentuan yang nyata dari naskah persetujuan Indonesia – Belanda itu?

Saudara-saudara sekalian !
Perjuangan kita bangsa Indonesia masih akan lama. Perjuangan kita harus terus sampai maksud kemerdekaan Kesatuan Republik Indonesia tercapai. Maka di samping K.N.I Pusat pleno, dan partai-partai seluruhnya akan dan atau sedang membicarakan naskah perjuangan itu, kita sekalian yang turut bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraan negara serta Bangsa Indonesia tidak boleh sekali-kali tinggal diam, duduk termenung, hanya memikirkan dan menunggu hasil keputusan K.N.I Pusat. Kita sekalian wajib memperkuat segala usaha lahir dan batin dalam segala lapangan, supaya setiap detik dapat siap-sedia dan cukup kuat menghadapi segala kemungkinan.

Jangan sekali-kali hanya memikirkan diterima atau tidaknya naskah persetujuan itu. Marilah kita susun dan kita atur kembali, kita persatukan segala kekuatan yang ada di negara kita. Karena, andaikata naskah persetujuan itu diterima, belum berarti bahwa, perjuangan kita bangsa Indonesia telah selesai. Karena kita masih harus terus berjuang sampai akhirnya kemerdekaan kesatuan Negara Republik Indonesia dapat kita miliki. Sebaliknya, andaikata naskah persetujuan itu ditolak, jelas bagi kita sekalian, kemungkinan apa yang mesti dihadapi dan dipikul oleh Bangsa Indonesia seluruhnya.

Saudara-saudara sekalian!
Dalam meneruskan perjuangan kita yang benar-benar berdasarkan hak dan keadilan itu, kita sekalian harus teguh, awas, hati-hati dan waspada! Karena, sekali lupa, selamanya tetap kita akan menderita. Kita sekalian harus sadar dan ingat bahwa, di atas bumi ini masih terdapat golongan imperialis dan kapitalis, ialah golongan angkara murka. Usaha untuk mele nyapkan golongan imperialis dan kapitalis telah dijalankan ber abad-abad lamanya dengan sekuat tenaga oleh beberapa golongan bangsa di atas dunia ini. Bahkan, sesudah selesainya Perang Dunia yang kedua. Usaha semacam itu dikuatkan oleh Negara-negara Serikat yang tergabung dalam U.N.O, tetapi ternyata sifat dan tabiat imperialistis dan kapitalistis itu belum dapat di berantas, belum dapat dilenyapkan dari muka bumi. Sesung guhnya golongan imperialis dan kapitalis itulah yang membuat ke kacauan di atas bumi, membuat permusuhan di antara golongan bangsa satu dengan lainnya.

Bahkan, lebih tegas lagi jika di katakan bahwa, golongan itulah yang menyebabkan pe perangan di atas dunia. Untuk kepentingan golongannya sen diri, golongan imperialis dan kapitalis itu tidak takut malu dan tidak takut dosa. Malahan, jika perlu sanggup pula mengor ban kan perasaan dan kehormatannya. Kita doakan, mudah-mu dahan Dewan Keamanan U.N.O (maksudnya Dewan Keamanan PBB – red), yang sedang berusaha mengadakan perdamaian di atas dunia ini, tidak akan membiarkan hidup-tumbuhnya golong an imperialis dan kapitalis itu. Karena, selama di atas bumi ini masih terdapat golongan imperialis dan kapitalis, maka selama itu pulalah akan timbul kekacauan dan bencana di atas dunia.

Dengan lenyapnya dua macam golongan angkara murka itu, tercapailah adanya Atlantic- Charter yang didengung-dengungkan keseluruh dunia, ialah tiap-tiap golongan bangsa di atas dunia ini berhak menentukan dan mengatur kedudukan dan nasibnya sendiri-sendiri. Maka bangsa Indonesia seluruhnya wajib menyokong tiap-tiap usaha dari siapa pun juga yang akan melenyapkan imperialis dan kapitalis itu, dari muka bumi ini, su paya segera terlaksana dunia aman, damai, adil dan makmur.

Bagi umat Islam usaha semacam itu tidak asing lagi, karena, Tuhan telah memerintahkan supaya orang-orang yang beriman sama berusaha sekuat-kuatnya melenyapkan sifat angkara murka dan barang yang munkar. Maka, eratkan, kuat kan dan buktikan persatuan serta perhubungan kita bersama, supaya pertahanan ki ta seluruhnya dapat kuat dan insya Allah perjuangan kemer dekaan kita sebulat-bulatnya akan tercapai. Dalam melakukan pertahanan dan perjuangan harus ada satu pimpinan (satu ko­mando) yang nyata. Perjuangan kita akan lama dan pengalaman-pe ngalaman yang sudah-sudah telah membuktikan bahwa, de ngan tidak adanya satu komando itu, kita sekalian menderita keru gian yang tidak sedikit. Seterusnya pertahanan dan per juang­an kita bangsa Indonesia harus teratur baik dan tidak boleh dilupakan wajib berdasarkan kesucian, kebenaran dan keadilan.

Saudara-saudara sekalian!
Kita bangsa Indonesia seluruhnya sebagai suatu bangsa yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 harus tetap teguh memegang pendirian dan menetapi sumpah bersama. Insyaf, ingat dan ikutilah semboyan-semboyan dari Kepala Negara kita Boeng Karno, selaku amanat yang di antaranya perlu kami tegaskan, dalam pertemuan taaruf ini: Lebih Baik Hidup Sebagai Burung Elang Rajawani Di Gunung Yang Tandus dan Mencari Sebutir Beras Sendiri, Tetapi Hidup Bebas dan Merdeka. Amanat semboyan Kepala Negara yang masih hangat sekali, diucapkan dalam salah satu kongres Pemuda yang baru-baru ini terjadi; Lebih Baik Makan Batu, Daripada Dijajah Kembali. Amanat dua buah semboyan inilah yang harus dijadikan bekal perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia selama-lamanya. Sebagai muslim, tiap-tiap perintah dari pimpinan yang berdasarkan kebenaran dan keadilan wajib diamalkan sebagaimana mestinya.

Saudara-saudara sekalian!
Sekali lagi kami ulangi, bahwa, perjuangan kita bangsa Indonesia telah sampai pada puncaknya. Sementara beberapa hari lagi tentu kita sekalian akan menerima perintah yang manis atau pahit. Kami percaya dan yakin bahwa, tiap-tiap perintah manis atau pahit yang berdasarkan hak akan diterima oleh segenap umat Islam dengan ucapan “Sami’na wa ato’na” (kami dengar dan patuh, red), dan dengan rasa syukur serta gembira.

Saudara-saudara anggota serta keluarga Muhammadiyah seluruhnya!
Amalkan semua keputusan yang telah saudara tentukan bersama dan sebagai bekal perjuangan umat Islam seterusnya, kami sampaikan firman Allah dalam Q.S. Taubat ayat 44 dan 45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” Dan “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

Saudara pimpinan dan saudara-saudara sekalian yang ter hormat!
Akhirnya kami serukan: Kuatkan persatuan kita. Pegang teguh pendirian kita. Berjuang terus di bawah satu komando, mewujudkan dan mempertahankan kedaulatan serta kemerdekaan Negara Republik Indonesia, supaya kita dapat syukur dan gembira yang abadi.

Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!
Sekali Diproklamirkan, Tetap Kita Pertahankan!
Wassalam, Merdeka!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.