Prediksi Saham, Penyebab Anjloknya Saham Saham Blue Chip: Saham Unilever, TBK (UNVR)

by -
Saham UNVR
Saham UNVR

SEMANGATNEWS.COM – Beberapa minggu belakangan saham saham yang tergabung dalam indeks LQ45 atau bias disebut saham blue chip mengalami penurunan yang cukup tajam. Sebut saja saham unilever (UNVR), saham yang menjadi primadona serta salah satu saham penggerak IHSG ini mengalami penurunan daya pikatnya.

Alhasil investor asing yang selama ini gemar membeli saham dengan sektor konsumer terbesar ini ramai ramai menjual sahamnya secara masif. Aksi ini membuat IHSG bergerak sideway atau jalan ditempat.

Sebenarnya apa sih, penyebab saham saham bluechip ini berdarah darah disaat saham saham lain menikmati eforia kenaikannya?

Selain Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, dimana naik turunnya IHSG merupakan cerminan atau rata-rata dari pergerakan semua saham yang diperdagangkan di BEI, maka ada juga indeks LQ45, yang merupakan cerminan dari pergerakan 45 saham anggota LQ45, yang sudah diseleksi oleh tim dari BEI berdasarkan kriteria tertentu, terutama karena likuiditas perdagangannya.

Jadi bisa dibilang bahwa 45 saham anggota LQ45 adalah saham-saham paling likuid di bursa. Pihak BEI sendiri melakukan evaluasi setiap enam bulan sekali dimana saham-saham yang tidak lagi memenuhi kriteria sebagai ‘saham LQ45’ akan dikeluarkan dari daftar, dan digantikan oleh saham lain sehingga jumlahnya tetap 45 saham.

Selama ini bobot pengaruh dari tiap-tiap saham terhadap indeks IHSG, dan juga indeks LQ45, itu dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar atau market capitalization, atau market cap, dimana pergerakan saham dengan market cap besar akan lebih berpengaruh terhadap naik turunnya IHSG, dibanding pergerakan saham dengan market cap yang lebih kecil.

Karena itulah, kemudian diusulkan peraturan baru: Bobot pengaruh dari pergerakan tiap-tiap saham LQ45 terhadap naik turunnya indeks LQ45 itu sendiri, itu tidak lagi dihitung berdasarkan market cap perusahaan secara keseluruhan, melainkan hanya market cap free float.

Sedangkan rumus market cap free float, atau kita singkat saja market cap FF, adalah harga saham dikali jumlah saham beredar yang dimiliki oleh investor publik, alias saham free float (disebut ‘free float’, karena saham yang dimiliki publik inilah yang bebas diperdagangkan di bursa, sedangkan saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali biasanya hanya di-hold saja).

Berdasarkan aturan baru dimana bobot pengaruh saham terhadap indeks LQ45 tidak lagi dihitung berdasarkan market cap-nya, melainkan hanya berdasarkan market cap FF-nya, maka saham-saham dengan porsi kepemilikan publik alias free float yang kecil, itu bobot pengaruhnya terhadap pergerakan indeks LQ45 akan turun.

Tapi dengan adanya peraturan baru ini, maka otomatis HMSP dan UNVR, dan mungkin juga GGRM serta ICBP (selebihnya harusnya tidak akan berpengaruh, karena perubahan bobotnya sangat kecil), akan mulai ditinggalkan para fund manager ini, dan mereka beralih ke TLKM, ASII, dan BBRI.

Ada beberapa hal yang kemudian menjadi perhatian:

Pertama, fund manager yang lebih menggunakan indeks LQ45 sebagai patokan kinerja ketimbang IHSG. Sebagian besar fund manager tetap menggunakan IHSG sebagai patokan, dan fund manager yang pake indeks LQ45 biasanya hanya karena mereka kesulitan mengalahkan IHSG itu sendiri.

Sementara di kelompok investor ritel, malah boleh dibilang hampir gak ada satupun yang melihat indeks LQ45, karena mereka semua ngeliatnya ya IHSG.

Jadi intinya, ketika data pemegang saham suatu emiten menyebutkan bahwa saham free float-nya mencapai 1 milyar lembar, maka belum tentu saham yang beredar di publik adalah sebanyak 1 milyar juga, melainkan sebagian diantaranya tetap dikuasai oleh pemegang saham pengendali.

Karena itulah, kecuali pihak BEI punya cara yang akurat untuk menghitung berapa jumlah riil saham free float dari 600-an emiten di bursa, maka penulis menganggap bahwa peraturan perubahan bobot diatas mungkin bisa berlaku untuk indeks LQ45, tapi tidak akan bisa diberlakukan untuk IHSG.

Karena kalau gitu caranya maka saham model BUMI akan tiba-tiba naik kelas, menjadi saham dengan ‘fundamental yang lebih bagus’ dibanding UNVR sekalipun.

Dan karena para fund manager masih lebih banyak yang menggunakan IHSG sebagai patokan kinerja ketimbang indeks LQ45, maka perubahan peraturan diatas tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap outlook jangka panjang dari tiap-tiap saham anggota LQ45 itu sendiri.

Actually ketika IHSG tiba-tiba drop, maka itu lebih karena investor masih bingung saja dengan rencana peraturan baru ini. Sebab yang turun gak cuma saham saham bluechip saja, seperti HMSP dan UNVR, tapi TLKM yang jelas-jelas bobotnya naik pun juga malah ikut turun 2.0%.

Tapi setelah pasar nanti pada akhirnya mengerti soal peraturan baru ini, dan harusnya itu gak akan butuh waktu lama, maka ya sudah, saham-saham yang kemarin ‘kena hantam’ cerita bobot free float bla bla bla ini akan kembali ke posisi normalnya, sesuai fundamentalnya masing-masing.

Sementara untuk saham-saham dengan free float yang besar, pengaruhnya akan naik.

Berikut Analisa Saham Unilever (UNVR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.