Ramadhan di Masjidil Haram

by -
Awal Juni 2017 lalu atas izin Allah SWT Gubernur Irwan Prayitno bersama Istri berkesempatan menjalani ibadah amaliah Ramadhan di Masjidil Haram.

Oleh Irwan Prayitno

Awal Juni 2017 lalu atas izin Allah SWT saya berkesempatan menjalani ibadah amaliah Ramadhan di Masjidil Haram. Dalam kesempatan itu saya menemani orang tua saya melaksanakan ibadah umrah. Suasana Masjidil Haram penuh sesak oleh mereka yang melakukan ibadah. Penuhnya Masjidil Haram dengan manusia karena mereka semua kebanyakan menetap di Makkah Al Mukarramah selama bulan Ramadhan. Sehingga ada yang menyebut kondisinya lebih ramai dari ibadah haji.

Masjidil Haram berada di Makkah Al Mukarramah, yang dijelaskan oleh Rasulullah sebagai sebaik-baik bumi Allah seperti yang disabdakan yang artinya, “Demi Allah, sesungguhnya engkau  adalah  sebaik-baik bumi Allah, dan bumi yang paling Allah sayangi. Kalaulah bukan karena dipaksa ke luar,  maka aku tidak akan meninggalkan engkau.” (HR. At-Tirmidzi)

Masjidil Haram baru saja diperluas, namun ternyata tetap penuh sesak oleh orang yang beribadah di bulan Ramadhan ini. Karena mereka ingin mendapatkan pahala terbaik di sini. Di antaranya seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti haji bersamaku,” (HR. Bukhari No. 1863). Dalam hadis lain, “Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim No. 1256)

Siapa yang tidak mau berhaji bersama Rasulullah? Karena jika kita melihat para sahabat yang berhaji bersama Rasululullah SAW, mereka mendapatkan berbagai keutamaan di akhirat yang kekal abadi, sehingga membuat iri kita yang hidup ribuan tahun setelah mereka. Di samping itu, pahala shalat di Masjidil Haram pun memiliki keutamaan yang tinggi. “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah No. 1406).

Jika shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya, maka shalat di Masjidil Haram di bulan Ramadhan tentu akan lebih besar lagi nilainya.

Kenikmatan beribadah di Masjidil Haram pada bulan Ramadhan, tidak hanya shalat, tetapi juga umrah, membaca Al Quran, iktikaf, qiyamul lail, dan juga shalat tahajud, serta zikir lainnya.

Dan untuk mengunjungi Masjidil Haram, bagi kita yang di Indonesia pastilah membutuhkan dana dan menyediakan waktu. Namun sebenarnya tidak selalu masalah dana dan waktu, akan tetapi kemauan. Karena banyak orang yang memiliki uang cukup untuk pergi ke Tanah Suci dan bisa menyediakan waktu namun tidak memiliki kemauan.

Sebaliknya, orang yang memiliki kemauan namun dibatasi masalah dana biasanya akan menabung. Banyak kisah yang membuktikan bahwa jika ada kemauan insya Allah bisa pergi ke tanah suci.

Maka, beruntunglah orang-orang yang memiliki kemauan dan bisa shalat serta ibadah di Masjidil Haram. Karena telah melakukan apa yang disabdakan Rasulullah SAW sehingga mendapatkan keutamaan.

Jika kita perhatikan rukun Islam, maka ibadah utama seorang muslim adalah berhaji ke tanah suci jika memiliki kemampuan. Namun karena di Indonesia antrean haji sudah menembus angka belasan tahun, maka bagi muslim yang ingin merasakan nikmatnya beribadah di tanah suci yang bisa dilakukan adalah menunaikan ibadah umrah.

Karena kita sadari bahwa hidup di dunia adalah untuk menyiapkan bekal menuju akhirat, maka beribadah di Masjidil Haram pada bulan Ramadhan adalah salah satu bagian yang bisa dilakukan oleh setiap muslim sebagai bekal mereka menuju akhirat.

Ibarat orang berdagang, untung besar pastilah diinginkan. Dan untung besar dalam beramal ibadah tersebut bisa didapatkan dengan mengikuti sabda Rasulullah SAW terkait keutamaan ibadah di Masjidil Haram, apalagi saat bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW dalam sabdanya banyak menyebut keutamaan-keutamaan beribadah di suatu tempat tertentu, dan di suatu waktu tertentu.  Dan banyak orang yang berusaha mendapatkan berbagai keutamaan ini agar mereka mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Sebagai persiapan bekal untuk menghadapi akhirat.

Dalam urusan dunia saja, banyak orang melakukan lompatan-lompatan besar agar meraih prestasi dan mewujudkan obsesi. Maka demikian pula untuk urusan akhirat, banyak cara yang bisa dilakukan untuk melakukan lompatan besar untuk dijadikan bekal kehidupan akhirat. Semoga kita bisa melakukan lompatan besar itu sehingga kita menjadi manusia yang mendapat rahmat Allah SWT dan semoga menjadi orang yang bertaqwa. Aamiin  (* penulis adalah gubernur sumbar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.