Refleksi 351 Tahun Kota Padang

by -

Refleksi 351 Tahun Kota Padang

Oleh: Mahyeldi Ansharullah Dt. Marajo

Menyenangkan, jika orang datang ke Padang. Itu adalah keinginan besar kita, hari ini dan hari-hari mendatang. Maka tidak ada caranya selain membenahi kota yang kita cintai ini, merawatnya baik-baik, melengkapi infrastrukturnya, mencukupkan fasilitas umumnya, membentuk manusia-manusia yang ramah dan santun sebagai penghuninya dan membuatnya menjadi sebuah kota yang aman dan sekaligus tertib.

Tapi tidaklah logis apabila kita mendahulukan perbaikan untuk tamu yang datang sementara tuan rumah sendiri tidak diperbaiki terlebih dulu. Karena itu orientasi pembangunan Padang adalah mensejahterakan masyarakatnya terlebih dulu. Sejuta penduduk, tentulah bukan jumlah yang sedikit untuk ukuran daerah-daerah di Sumatera Barat.

Padang sebagai kota dengan penduduk terbesar diantara Kabupaten/Kota yang ada.
Setelah gempa besar melanda Padang 2009 memang mau tak mau segenap upaya kita adalah ditujukan kepada pembangunan kembali infrastruktur kota yang binasa. Pemahaman saya, mana mungkin sebuah kota menjadi menarik untuk dikunjungi apabila banyak reuntuhan bangunan yang membuat orang takut.

Membuat warga jadi nyaman, itu bukan pekerjaan mudah pula. Pertama-tama saya ingin seluruh warga memiliki tempat-tempat bersantai dengan keluarga yang nyaman. Itu sebabnya pada permulaan tugas saya, pembangunan taman-taman kota menjadi marak. Sejumlah sudut kota yang strategis kita desain menjadi taman yang cantik.
Lalu, pembenahan pantai Padang sebagai pusat rekreasi yang indah perlu pula menjadi bagian dari pekerjaan besar kita. Selama beberapa tahun, pantai Padang sulit dibenahi, kumuh dan banyak pemalakan yang membuat orang acap mengeluh.

Sejumlah rumah makan di bibir pantai yang sulit dipindahkan, akhirnya dengan pendekatan humanis, berhasil kita relokasi. Bibir pantai harus bebas bangunan liar. Maka secara bertahap sejak enam tahun lalu pantai Padang kita ubah menjadi sebuah kawasan yang layak disebut sebagai destinasi. Pantai Padang tidak kalah indah dengan pantai Kuta di Bali, pantai Loasari di Makassar atau kawasan Bulevard di Manado.

Dengan kebersamaan, menggandeng semua pemangku kepentingan pariwisata, saya memutuskan untuk mengubah pantai Padang menjadi sebuah pantai yang nyaman dan indah. Banyak yang yang meragukan bahwa ini adalah sebuah pekerjaan yang sia-sia dan mustahil mengingat banyak benturan sosial yang mesti dihadapi. Namun, untuk sebuah kebaikan dan nawaitu untuk kemaslahatan bersama saya kira semua orang mau menerima asal pendekatannya dilakukan dengan humanis tanpa merugikan masyarakat.

Hasilnya? Lihatlah dari ujung utara ke ujung selatan pantai, dari Muaro ke Muaro Lasak, kini menjadi sebuah kawasan yang tumbuh pesat ekonomi masyarakatnya lantaran telah berubah menjadi destinasi yang dikunjungi banyak pelancong.

Sambil terus membenahi infrastruktur kota seperti Pasar Raya yang runtuh akibat gempa serta gedung-gedung pemerintah, kita juga ingin tanah-tanah rakyat dalam kota di berbagai wilayah pemukiman menjadi naik nilai ekonomisnya. Jalan satu-satunya adalah membangun akses jalan ke kawasan-kawasan pemukiman itu. Saya lalu memperkenalkan betonisasi. Dengan dibangunnnya jalan beton di berbagai kawasan pemukiman makan harga tanah di situpun meningkat pesat. Sekaligus juga memudahkan mobilisasi mesyarakat baik sosial maupun ekonomi.

Tidak semua warga adalah orang diberi kesempurnaan tubuh oleh Allah, diantaranya ada yang merupakan warga disabilitas. Pemberian penghargaan kepada masyarakat yang seperti itu adalah sebuah upaya memberi rasa adil, bentuknya adalah membantu kaum disabilitas dengan membangunkan trotoar dilengkapi rambu untuk kaum disabilitas. Para tunanetra dan orang-orang tua yang memerlukan kereta dorong bisa menikmati kota Padang lewat trotoar-trotoar lebar yang kita bangun di jalan-jalan utama. Mereka bisa rehat dari keletihan berjalan dengan disediakan bangku-bangku pada trotoar itu.

Perekonomian juga pulih –meskipun kini sempat surut karena Covid-19, tapi itu dialami oleh semua kota di dunia—hotel-hotel juga makin banyak dibangun. Itu berarti para investor memandang bahwa Padang memang sebuah kota layak investasi. Mal dan bioskop modern juga melengkapi sebutan Padang sebagai sebuah Kota Raya.

Perlalu-lintasan yang baik, nyaman dan teratur sebagai sarana memobilisasi orang, barang dan jasa merupakan indikator sebuah kota yang memberi rasa nyaman. Dua perusahaan taksi nasional Blue Bird dan Expres juga melirik Padang sebagai wilayah operasi yang menguntungkan. Sedangkan Pemerintah Kota pun berusaha membuat lalu-lintas di jalanan menjadi tertib dengan mengurangi kendaraan umum berukuran kecil. Kita sediakan bus Trans Padang yang nyaman bagi warga. Dalam waktu-waktu mendatang akan kita tingkatkan jumlah armadanya dengan menambah koridor yang dilayani.

Nah, begitulah, apabila semua kelengkapan sebuah kota bisa membuat warganya nyaman, maka tak ayal tentu akan membuat nyaman pula para pendatang, tamu dan pelancong yang memilih Padang sebagai destinasi.
Pada masa-masa mendatang, pemerintahan berikutnya bisa lebih lega dengan berkonsentrasi pada upaya pembangunan mental dan spiritual. Akan makin banyak waktu dan anggaran untuk sumber daya manusia, karena hampir semua fasilitas kota sudah kita lengkapi.

Melihat Sumatera Barat, sekali lagi mesti didahului dengan melihat Padang. Padang yang baik dan tertata rapi akan mencerminkan Sumatera Barat yang teratur. Padang yang ramah investasi, akan mencerminkan juga Sumatera Barat yang ramah investasi.
Pada usia yang sudah tidak muda ini, Padang tahun ini berumur 351 tahun, Pemerintah Kota tentu sangat berterimakasih kepada semua warga masyarakat yang telah rela dan bersedia bersama-sama membikin kota ini sebagai sebuah hunian yang nyaman, Dirgahayu Padang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.