Sampah Berserakan, Rumput Hilalang Tumbuh Subur, Destinasi Wisata “Jembatan Akar” Puluik-puluik Bayang Utara, Pesisir Selatan Tak Terpelihara

by -
Jembatan Akar Bayang

SEMANGATNEWS.COM – Salah satu obyek wisata menarik di Kabupaten Pesisir yakni “Jembatan Akar” yang telah berusia 100 tahun lebih terletak di Desa Puluik-puluik, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat yang juga merupakan salah satu obyek wisata unggulan di daerah ini, kini tak lagi terawat. Sampah berserakan, toilet yang ada dekat lokasi juga kotor dan tak ada airnya, pun rumput-rumput dekat lokasi sangat tinggi yang mengurangi kenyaman pengunjung yang datang ke lokasi.

Anehnya juga tukang pungut restribusi masuk “tanpa karcis” dan petugas parkir kendaraan roda dua/empat jalan masuk ke Jembatan Akar yang berada di kedai kecil menuju lokasi, begitu pengunjung akan pulang setelah beberapa jam di lokasi langsung langsung menghilang dari lokasi.

Kondisi memprihatinkan ini diamati Semangatnews.com saat menemani sejumlah pengunjung dari kota Padang yang sengaja berwisata ke lokasi Jembatan Akar, Puluik-puluik, Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sabtu (27/03/21).

Sanur (47 th) bersama teman-teman dan keluarga merasa kecewa berat saat melihat kondisi Jembatan Akar  dengan lingkungannya, karena di sekitar obyek utama telah ditumbuhi rumput yang sangat tinggi dan sampah pun berserakan. Rumput-rumput ini jika tidak dibersihkan atau dipotong  dikhawatirkan akan membuat hewan seperti ular dan lainnya bisa bersarang di sini, ujarnya kecewa.

Anehnya petugas pintu masuk ke dalam yang tanpa karcis dengan tarif Rp. 5000,-/per orang dan motor Rp. 5000,- juga  begitu pengunjung masuk per rombongan, beberapa saat kemudian setelah dilihat tak lagi ditemui di lokasi. Untung motor-motor dan kendaraan para pengunjung masih aman, kalau tidak pada siapa kami bisa mengadu, keluhnya prihatin.

Sejumlah ibu-ibu yang menyertai rombongan ke lokasi wisata “Jembatan Akar” ini juga ikut mengeluh, pasalnya toilet yang ada dekat lokasi wisata ini sangat kotor, sampah pun berserakan kemudian tak ada pula air bersih di dalam kamar toilet ini, ujar buk Im dan Zar kepada Semangatnews.com seraya nyelutuk berat.

Harusnya bea masuk ke lokasi Jembatan Akar Rp. 5000,-/per orang dan biaya parkir kendaraan Rp. 5000,- permotor itu dapat dimanfaatkan untuk biaya operasional seperti kebersihan toilet dan petugas kebersihan. Bayangkan jika sehari ada 100 atau 200 pengujung datang ke lokasi ini, berapa rupiah yang dihasilkan jembatan ini yang semestinya dapat dimafaatkan untuk kebersihan dan ke indahan lokasi wisata ini, ujar buk Vera salah seorang pengunjung yang datang dari Bengkulu.

Pengamat dan kurator seni rupa, Muharyadi yang juga turut mendampingi beberapa rombongan seniman untuk menggambar/membuat sketsa ke lokasi “Jembatan Akar” juga tak kalah kecewanya. Pasalnya Jembatan Akar, salah satu obyek unggulan selain sejumlah obyek menarik lainnya harusnya juga mendapat sentuhan nilai keindahan dilengkapi fasilitas memadai di lokasi ini.

Menurut Muharyadi, Pemerintah Kabupaten Pesisir selatan, jangan hanya melihat obyek-obyek wisata pantai sebagai kekayaan alamnya semata yang kini cukup trend bagi pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Indonesia untuk obyek wisata Pesesir Selatan, seperti Pantai Carocok, Taluak Sikulo, Bukit Langkisau, pulau Mande, pantai Salido, Batu Kalang, Simpang Tigo Buaya Putih dan lainnya, sementara yang lain ikut terabaikan salah satunya seperti Jembatan Akar yang cukup menarik perhatian publik.

Namun kita berkeyakinan dan tetap optimis Pemerintah Kabupaten Pesisir dan masyarakatnya pastilah tidak mau membiarkan obyek-obyek wisata menarik di daerahnya ikut terabaikan. Karena bagaimana pun di tengah-tengah covid.19 ini dengan senantiasa memperhatikan prokoler kesehatan covid.19 sektor pembangunan wisata, karena sektor ini benar-benar menjadi andalan dan tulang punggung keuangan pemerintah, jelas Muharyadi.

Kapan perlu Kabupaten Pesisir Selatan dengan banyak obyek-obyek wisatanya yang cukup terkenal bukan hanya di Sumatera Barat, tetapi juga di Tanah Air bahkan ke sejumlah negara tetangga seyogyanya harus mengimbangi pula obyek-obyek wisata menarik tersebut dengan beragam festival seni, seperti festival rabab yang menjadi salah satu icon daerah ini, kemudian pertunjukkan kesenian, tari dan musik dengan budaya lokalnya serta pameran seni rupa dan industri kreatif hasil karya berbasis budaya lokal yang terjadwal rapi dalam kalender wisata, hingga sangat menyempurnakan kekuatan wisata kabupaten Pesisir Selatan, dengan tidak mengabaikan instruktur wisata yang memadai ke lokasi masing-masing obyek wisata, ujar Muharyadi lagi. (FR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.