Perjalanan Umroh di Masa Pandemi COVID 19:ENAM JAM SEBELUM MASUK MASJIDIL HARAM (3)

by -

Perjalanan Umroh di Masa Pandemi COVID 19:ENAM JAM SEBELUM MASUK MASJIDIL HARAM (3)

Oleh ; Andi Noviriyanti

Tiba-tiba sekitar jam 3 siang dari depan kamar terdengar ribut-ribut. Hati yang penasaran, mengintip dari lubang pintu kamar.

Ternyata salah satu jemaah diminta membawa barang-barangnya. Ia akan dipindah di ruang lain. Karena hasil tes Swabnya masih belum clear (dalam proses). Sementara yang lain di lantai itu sudah keluar hasilnya negatif. Jadi ia terpaksa harus dipisahkan terlebih dahulu.

Tentu ada saja sedikit berdebatan. “Saya negatif… Saya negatif…,” ujarnya tak mau menerima kalau harus pindah dan membawa seluruh barang-barangnya.

Perasaan campur aduk melihat adegan itu. Sedikit was-was dan sedikit juga lega. Was-was karena mengkhawatirkan teman yang harus dipindah dan lega karena artinya kami yang dilantai itu negatif. Jadi Insyaa Allah bisa melaksanakan umroh.

Pas jam 16.00 WIB di grup WA dapat info ke lobby untuk persiapan umroh. Tapi begitu mau keluar pintu kamar, kami di stop.

“Masuk lagi… Masuk lagi,” kata Bu Fathiarani.

Kami pun segera menutup pintu dan kembali menunggu di kamar.

“Tadi kami sudah di depan lift. Tapi tadi ada petugas suruh masuk kamar lagi,” tulis Dinna Maulia di grub WA

Di kamar kami menunggu dengan zikir dan doa. “Sedikit lagi ke Baitullah… Permudah ya Allah,” doa ku.

Tiba-tiba pintu kamar diketuk. Ayu Wulandari teman sekamar membuka pintu.

“Bu Ayu… Ayo silahkan. Kita persiapan umroh,” ujar pria itu.

“Ini semua kan…?,” Kataku.

“Iya semua, Kak,” kata Ayu.

Ternyata diluar kamar sudah berbaris para jamaah. Dengan menjaga jarak dan beberapa orang Arab dan Indonesia petugas dari muasasah.

Kami harus berbaris lengkap dulu dari seluruh kamar baru boleh turun. Lalu setelah lengkap, maka empat-empat orang turun sesuai tempat yang disediakan di lift yang dibatasi hanya bisa diisi 4 orang sekali trip. Untuk memastikan kami semua menjaga jarak.

Prosesnya cukup berjalan pelan. Antrian mengular dan menunggu kelengkapan semua penghuni bis 2.

Dalam proses menunggu, terdengar kabar gembira. Yumma, teman yang tadi sempat ribut-ribut di depan kamar dan diisolasi akhirnya dinyatakan negatif dan bisa ikut umroh. Perasaan jadi lega. Dan semua jamaah digrup kami akhirnya bisa melaksanakan umroh.

Tapi hujan deras tiba-tiba melanda kota Mekkah. Kami akhirnya yang antri berdiri mengular disuruh duduk di lobby sambil tetap menjaga jarak.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya kami dipersilahkan masuk ke dalam bus. Dengan air hujan yang tetap sedikit bisa membasahi kami karena ada celah dimana bus tidak bisa terlalu merapat ke pintu keluar hotel.

Meskipun kami sudah mengambil Miqat, tetap saja kami harus ke Tan’im. Itu karena banyak juga jamaah yang belum mengambil Miqat. Di umroh perdana ini ada beberapa versi tempat pengambilan Miqat. Ada yang di pesawat di langit Ya Lam Lam. Ada yang di Bandara King Abdul Aziz dan ada yang di Tan’im. Semuanya diperbolehkan saat itu.

Tan’im adalah tempat Miqat terdekat di Kota Mekkah, sekitar 11 Km. Sejarahnya saat itu istri Rasulullah Aisyah yang ingin melaksanakan ibadah umroh mendapatkan menstruasi. Setelah bersih ia bertanya pada Rasulullah bisakah ia umroh. Akhirnya dibuatlah batas tanah haram terdekat. Sejak itulah Tan’im menjadi salah satu tempat Miqat untuk yang ingin melaksanakan ibadah umroh.

Tetesan air hujan yang deras mengiringi perjalanan kami ke Tan’im dan saat Azan magrib kami sampai di Tan’im dan memasuki Masjid Aisyah.

Bagi yang belum Miqat mengambil miqat. Sementara yang sudah hanya sholat Magrib kemudian balik ke bus.

Alhamdulilah… Lantunan Talbiyah menggema di dalam bus. Pemandu orang Indonsia yang tinggal di Arab maupun perwakilan dari Arab bergantian melantunkan Talbiyah.

“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak”

Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu.
Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu.
Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu.
Tidak ada sekutu bagi-Mu.

Dan bus pun sudah berada di depan Masjidil Haram. Lalu datang perwakilan Masjidil Haram menyampaikan ucapan selamat datang dalam bahasa Melayu. Kemungkinan perwakilan tersebut orang Malaysia.

Setelah semuanya usai… kami pikir akan segera masuk Masjidil Haram. Ternyata harus menunggu rombongan 11 bis lainnya. Akhirnya kami menunggu di dalam bus. Sampai kemudian bus kami disuruh pergi oleh polisi karena terlalu lama menunggu.

Bus akhirnya membawa kami menjahui Masjidil Haram dan memutar. Berkeliling sambil menunggu rombongan bis lainnya datang.

Hari sudah jelang pukul 9 malam waktu Makkah. Perut sudah mulai keroncongan. Tapi kami masih di dalam bus. Melewati hotel kami yang tepat di depan Masjidil Haram.

Jarak hotel Hilton Suite hanya 5-10 meter dari pelataran Masjidil Haram. Tapi kami harus menunggu berjam-jam untuk masuk Masjidil Haram.

Setelah beberapa kali putaran bus, akhirnya kami diperkenankan turun. Melewati penjagaan dan harus kembali antri mengular. Berjalan lambat dan satu-satu.

Alhamdulillah…..
Akhirnya kami masuk Masjidil Haram… (Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.