Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 154 155 156, Literasi: Bacaan 4

by -
Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 154 155 156, Literasi: Bacaan 4
Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 154 155 156, Literasi: Bacaan 4

SEMANGATNEWS.COM – Adik-adik, mari simak kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI, bacaan 4 berikut ini!

Tema 8 yaitu Lingkungan Sahabat Kita, Bagian Literasi. Bacaan 4 dimulai dari halaman 154 sampai 156.

Materi berasal dari Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2017. Adapun pembahasannya berupa ‘Mengikuti Perhelatan Perkawinan Adat Betawi’.

Semoga kunci jawaban ini dapat adik-adik gunakan sebagai pedoman daam belajar. Selain itu, kunci jawaban ini juga diharapkan dapat membantu orang tua dan guru dalam mengoreksi jawaban siswa.

Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 154 155 156

Bacaan 4

Mengikuti Perhelatan Perkawinan Adat Betawi

Pada liburan kenaikan kelas lalu Fika dan Fito berkunjung ke rumah pamannya di Jakarta. Baru kali ini mereka berkunjung ke rumah pamannya. Fika dan Fito sangat mengagumi kota Jakarta. Di sana-sini gedung tinggi menjulang. Banyak jalan layang dan jalan tol. Pusat-pusat perbelanjaan ada di mana-mana.

Di Jakarta Paman Iwan tinggal di kompleks perumahan. Namanya Griya Kencana. Di Perumahan Griya Kencana tinggal warga dari berbagai daerah, termasuk Paman Iwan. Mereka yang datang ke Jakarta disebut urban. Yang dimaksud urban adalah orang-orang yang berpindah dari satu tempat atau daerah lain. Orang-orang tersebut datang dengan berbagai tujuan dan harapan datang ke wilayah Provinsi DKI Jakarta. Orang-orang urban ini akhirnya menjadi penduduk Jakarta. Orang-orang urban tersebut dapat dilihat dari keberagaman penduduk Provinsi DKI Jakarta.

Sebetulnya, penduduk asli DKI Jakarta adalah suku bangsa Betawi. Suku Betawi sendiri terbentuk dari berbagai suku lain sejak Jakarta masih sebagai pelabuhan bernama Sunda Kelapa. Ketika Sunda Kelapa diduduki Belanda namanya berubah menjadi Batavia. Dalam dialek setempat Batavia menjadi Betawi. Percampuran orang-orang Melayu, Sunda, Jawa, Bugis, Makassar, Bali, Ambon, dan ras lain, seperti Arab, Cina, Portugis telah membentuk kesatuan hidup setempat yang secara tradisional menyebut dirinya Betawi.

Di kompleks tempat tinggal Paman Iwan ada juga orang Betawi asli. Keluarga Pak Sobari dan Pak Syafei itulah warga asli Betawi. Di kompleks perumahan itu walaupun asli penduduk Betawi, mereka berbaur dengan para pendatang. Bahkan, mereka jadi penduduk biasa. Justru yang menjadi pimpinan adalah Paman Iwan yang bersuku bangsa Jawa. Paman Iwan menjadi ketua RW di kompleks perumahan tersebut.

Hari ini saat Fika dan Fito berada di rumah paman, ada perhelatan di rumah Pak Sobari. Beliau menikahkan putrinya. Maudy, putri Pak Sobari, menikah dengan salah satu putra warga Perumahan Griya Kencana. Alfian nama calon menantu Pak Sobari. Ia adalah putra Pak Salim yang berasal dari Palembang.

Upacara pernikahan digelar dengan adat Betawi. Semua warga Perumahan Griya Kencana sudah berkumpul di rumah Pak Sobari. Mereka datang di perhelatan itu salah satu tujuannya adalah mengikuti upacara perkawinan adat Betawi. Sebelum acara ini sudah dijalankan beberapa upacara adat yang merupakan rangkaian upacara pernikahan. Semuanya dilakukan dengan adat Betawi.

Pada jam yang sudah ditentukan rombongan pengantin laki-laki tiba di rumah Pak Sobari. Walaupun keluarga pengantin laki-laki berasal dari Palembang, mereka mengenakan pakaian adat Betawi. Rombongan pengantin laki-laki ini berjalan berarak-arakan dengan diiringi rebana dan ketimpring. Para kerabat dan keluarga ikut dalam iring-iringan itu. Mereka membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Penyambutan rombongan pengantin laki-laki didahului dengan upacara adu silat. Adu silat merupakan salah satu adegan yang selalu muncul pada palang pintu perkawinan. Palang pintu perkawinan adalah salah satu prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya.

Tradisi palang pintu ini merupakan pelengkap saat pengantin laki-laki yang disebut ”tuan raja mude” akan masuk ke rumah pengantin perempuan atau ”tuan putri”. Upacara ini diawali dengan saling bertukar salam. Lama-lama situasi memanas karena pihak pengantin perempuan menguji kesaktian dan kepandaian pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji. Kemudian, terjadi baku hantam dan pihak laki-lakilah yang menang. Usai pertarungan ini, pengantin laki-laki diminta memamerkan kebolehannya membaca Alquran.

”Paman, pakaian pengantinnya bagus ya?” kata Fika, ”apa namanya, Paman?”

Maudy dan Alfian, sepasang pengantin itu, mengenakan pakaian adat Betawi. Alfian mengenakan pakaian seperti dandanan haji dan mengenakan tutup kepala yang disebut alpia atau alpie. Di pinggir alpia diberi untaian bunga melati yang ujung bawahnya ditutup bunga cempaka dan ujung atasnya diberi sekuntum bunga mawar merah. Jubah yang dikenakan pengantin laki-laki biasanya terbuka dan dihiasi dengan emas, manik-manik bermotif burung hong, bunga-bungaan, kubah masjid, dan sebagainya. Pengantin laki-laki juga mengenakan baju gamis sebelum mengenakan jubah. Sebagai pelengkap, pengantin laki-laki mengenakan selempang berhiaskan mute sebagai tanda kebesaran.

Pengantin perempuan mengenakan tuaki yaitu baju bagian atas. Biasanya model shanghai (Cina) dan model baju kurung (Melayu). Padanan Tuaki adalah kun, yaitu model rok melebar sampai mata kaki. Pakaian ini dilengkapi dengan penutup dada bermotif bunga teratai. Rambut pengantin perempuan dicepol dan diberi hiasan tusuk konde. Hiasan yang dikenakan di kepala adalah siangko bercadar. Di atasnya diletakkan sigar atau mahkota dengan motif bunga-bungaan yang dipenuhi permata.

Perhelatan yang di rumah Pak Sobari digelar dengan meriah. Hiburan yang ditampilkan adalah tarian khas Betawi dan musik gambang kromong. Makanan yang disajikan pun bermacam-macam. Di antaranya adalah makanan khas Betawi. Ada nasi kebuli dan nasi uduk. Ada juga kerak telor dan es doger.

Para tamu sangat menikmati perhelatan tersebut. Para tamu yang berasal dari berbagai suku menikmati semua acara tradisional yang ditampilkan. Mereka juga menikmati kesenian daerah yang digelar. Bahkan, makanan khas nasi kebuli menjadi favorit para tamu untuk dinikmati.

Fika, Fito, Paman Iwan dan keluarganya juga menikmati perhelatan tersebut, peristiwa ini menjadi pengalaman berharga bagi Fika dan Fito. Ternyata di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta yang beragam, masih ada tradisi yang dipertahankan. Di tengah segala perbedaan ada persatuan. Di antara berbagai suku bangsa yang tinggal berdampingan ada keharmonisan dan kebersamaan. Alangkah indahnya kebersamaan dan persatuan. Alangkah indahnya keharmonisan yang di antara perbedaan. (Disadur dari: Moh. Rofii Adji Sayekti, Selayang Pandang DKI Jakarta, Klaten, Intan Pariwara, 2008, dengan beberapa perubahan.)

*)Disclaimer: Artikel ini hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak.

Sumber:
– Buku Guru SD/MI Kelas V Tema 8 Lingkungan Sahabat Kita, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
– Buku Siswa SD/MI Kelas V Tema 8 Lingkungan Sahabat Kita, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(Semangatnews.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.