SEMANGATNEWS.COM, YOGYAKARTA – Lebih sebulan lalu pelukis wanita muda (urang awak) Oktaviyani (29 th) menggelar pameran tunggal di Ruang Dalam Art House Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta selama dua pekan.
Di luar pameran tunggalnya kali ini yang mengangkat tajuk “Matayani” itu. Yani demikian panggilannya kepada semangatnews.com, sabtu sore, 15/07/23 mengaku sejak tahun 2011 silam hingga kini ia telah puluhan kali berpameran kolektif dengan sederetan catatan khusus pengalaman empirisnya sebagai pelukis muda wanita Indonesia saat ini

Delapan belas lukisan Yani dalam beragam format tampil menarik bahkan memukau mata pengunjung saat menyaksikan karya-karyanya yang dominan mempersoalkan obyek “mata”, dengan tidak kehilangan nilai estetikanya.
Apa sesungguhnya yang ingin dicari Yani kelahiran Oktober 1994 itu melalui melalui penjelajahan kreativitas di karya-karyanya?
Ia bertutur, sederetan sosok wanita-wanita imut, lucu bahkan obyek kucing di kanvasnya yang bila kita amati dengan mata telanjang pada obyek bola mata, kiri dan kanan, baik pada sosok manusia maupun kucing terlihat dibuat dengan warna berbeda dalam ukuran yang sama.

Yang muncul kemudian perasaan senang, sedih, senantiasa digambarkan dalam sosok perempuan bermata besar dan bermulut kecil, dan ada pula berleher sedikit panjang dan kecil. Anehnya, obyek mata dalam lukisan Yani memiliki warna yang berbeda, antara mata kanan dan kiri.
Sekecil apapun bentuknya, kita dapat menelisik adanya pesan atau makna yang disampaikan kepermukaan. Warna mata yang berbeda dapat ditafsir sebagai dua persoalan manusia menjadi latar belakang yang tidak hadir begitu saja kepermukaan sebagai narasi cerita yang diketengahkan dalam kecendrungan realis, ujar Yani mengemukan konsep karyanya.

Lihat lukisan Open Your Heart, Cat Minyak, 95×140 cm, 2018, Penantian Panjang. Akrilik, 95×140 cm, 2019, Tell My a Story, Akrilik, 95×140 cm, 2018 danh karya terbaru tahun 2023 berjudul, The Savior. Cat Minyak, 150×200 cm dapat ditafsir banyak makna untuk dipahami melalui kerja lukis melukis kreatifnya.

Wanita muda ini melalui sederetan karya-karnya berkeyakinan bahwa ia berkarya, jelas bukan sekedar menuangkan ide/imajinasi kepermukaan, tanpa menyentuh substansi konsep dan makna secara utuh.
Bila ditelisik dari persoalan hakikat dan aspek-aspek lain yang ditawarkan Yani kepada penikmat, terlihat karya-karyanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya menawarkan ruang imajinasi dan daya khayal tinggi tanpa kehilangan nilai estetikanya. (mh)