Membangun Kesholehan Sosial Melalui Puasa

by -

Oleh: Ridwan Syarif

SEMANGATNEWS.COM, DHARMASRAYA – “Diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang terdahulu agar kamu menjadi Taqwa” (Al-Baqarah 183)

Saat Bulan Ramadhan tiba, Mesjid dan Mushala ramai dikunjungi umat Islam tunaikan ibadah. Suasana yang jauh berbeda di banding hari-hari biasa.

Sound system lebih sering digunakan, bisa jadi jamaah lagi sedang tarawih, atau para ustad sedang menyampaikan tausiah, atau barangkali jamaah sedang tadarus, baca Al-qur’an, maupun remaja mesjid sedang lakukan kegiatan Ramadhan.

Magnet besarnya perolehan pahala di bulan Ramadhan membius kesadaran untuk lebih meningkatkan kuantitas ibadah.

Frekwensi beramal meningkat, tahajud tak henti, bahkan bisa khatam Qur’an berulang kali. Dahaga akan kesholehan spritual naik berlipat. Kajian keilmuan keagamaan muncul di mana-mana

Kondisi ini pertanda baik, menunjukan kesadaran tentang hakikat beragama sebagai wujud kesolehan spritual makin eksis

Tentu sebuah harapan, bagaimana pula Ramadhan juga berhasil menghiasi hari-hari dengan apa yang disebut kesholehan sosial.

Sebuah peningkatan kesadaran amaliah ‘Hablumminannas’ yang berorientasi kepada semangat senang berbagi terhadap sesama atas kelebihan rezeki yang diberikan Allah SWT.

Sebuah harapan bagaimana praktek ibadah ritual, puasa, shalat, zikir , baca dan memahami Qur’an serta mendengarkan pengajian Ramadhan berimbas pada kesholehan sosial dalam bentuk ibadah harta.

Memaknai menahan haus dan lapar tidak hanya diterjemahkan sebuah ketentuan sah puasa, akan tetapi lebih jauh dari itu.

Membayangkan, toh kalau pun sudah dibolehkan untuk makan dan minum, akan tetapi ketika itu tidak bisa dilakukan, karena ketiadaan yang mau dimakan dan diminum.

Kendatipun di hari lebaran bergembira ria bersama keluarga, menikmati hidangan lezat, aneka makanan enak, pakaian serba baru, kendaraan silih berganti, Akan tetapi ketika kondisi ekonomi tidak berdaya, apa hendak dikata.

Kondisi seperti di atas, bukanlah sebuah kalimat ‘pengandaian’ semata. Realitas yang dihadapi masyarakat yakin adanya hal yang demikian. Data BPS menunjukan jumlah penduduk miskin pedesaan meningkat sebanyak 0,04 juta orang dari 14,34 juta orang pada Maret 2022 menjadi 14,38 juta orang pada September 2022. Dan sebuah harapan kemiskinan ekstrim pun bisa dituntaskan hingga akhir tahun 2024.

Mumpung Ramadhan bulan penuh berkah, bulan rahmat, bulan kasih sayang, pahala kebaikan dilipatgandakan sampai tak berhingga.

“Aku sendiri yang akan memberi pahala nya”

Kata Allah SWT dalam sebuah hadis Qudsi. Maka sudah selayaknya untuk tidak kita biarkan berlalu begitu saja.

Jadikan semangat kesholehan spritual individual yang bersifat holistic vertikal paralel dengan kesholehan sosial horizontal. Berbagi untuk membahagiakan mereka yang papa dan nestapa sebagai wujud rasa syukur atas kelebihan rezeki yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Bukankah Rasulullah SAW menyebut
“Bahwa orang yang suka berbagi itu dekat dengan Allah SWT, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir.” (HR At-Tirmidzi)

Semoga !!

Penulis: Pimpinan Baznas Kabupaten
Dharmasraya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.