Produksi Terbatas, Kopi Minang Tak Mampu Penuhi Permintaan Pasar Eropa

by -

DPRD Sumbar Janji Bantu Petani

Semangatnesw Solsel–Petani kopi arabika minang di Solok Selatan (Solsel), mengeluhkan ketidakmampuannya memenuhi permintaan pasar. Produksi yang terbatas membuat mereka kesulitan melayani permintaan konsumen untuk skala besar. Sementara, komoditi tanaman pegunungan ini kian diminati pasar mancanegara.

“Kopi arabika dari tanah Minang, khususnya di Solsel ini sudah mulai laris di pasaran internasional. Akan tetapi, petani kita masih kesulitan memenuhi permintaan pasar dalam jumlah yang besar,” kata Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumbar, Attila Madjidi Dt Sibungsu, jumat (7/2 / 2020 )

Setidaknya sambung Datuak, saat ini sudah ada dua negara yang mengajukan permintaan kopi arabika minang dalam jumlah besar. Yakni Amerika sebanyak 20 ton per minggu dan Australia meminta dua ton per bulan.

Permintaan pasar itu terpaksa digantung sejauh ini. Meskipun hal itu merupakan sebuah peluang besar. Terutama dapat mendorong geliat peningkatan ekonomi kreatif masyarakat, yang sedang diupayakan pemerintah saat ini.

Sejatinya kata Datuak, potensi kopi di Solsel sangat mencukupi untuk jumlah yang diminta dua negara itu. Namun, petani terkendala peralatan untuk percepatan prosesing kopi dari biji cherry menjadi green bean sebagaimana yang diinginkan konsumen.

“Untuk 2 ton green been, akan butuh hampir 11 ton cherry perminggu yang disiapkan. Petani dan pelaku usaha kopi di Solsel saat ini belum sanggup memenuhi. Persediaan chery kopi di Solsel ada, namun alat yang dibutuhkan untuk prosesing dari chery ke green bean ini yang belum memadai,” sebutnya.

Dijelaskannya, alur prosesing kopi berawal dari petani dalam bentuk buah merah atau cherry. Kemudian berlanjut dari prosesor cherry menjadi green been atau beras kopi. Selanjutnya dilakukan roastery baru sampai ke penikmat kopi.

“Nah, alat-alat prosesor yang dipunyai petani dan pelaku usaha kopi disini, masih sangat terbatas. Secara keseluruhan, baru ada enam unit prosesor pengolahan di daerah ini. Dampaknya, produksi green bean kita tak banyak dan tak pula bisa diperbanyak, apalagi dilakukan dengan cepat,” paparnya.

Potensi kopi di Solsel imbuhnya, seluas 900 hektare varietas arabika dan 3 ribu hektare lebih jenis robusta. Kopi di Daerah Seribu Rumah Gadang itu, memiliki cita rasa khas kayu manis yang menjadikannya grade speciality coffee. Dikenal dengan nama kopi jenis Sigara Runtang dan Andam Sari.

Saat ini sebut Datuak, petani setempat baru mampu memproduksi 1,7 ton beras kopi tiap bulannya. Lebih detail, dari 100 kilogram cherry dapat menghasilkan 17 kilogram green been. Bisa melalui proses wash selama lima hari, atau jemur honey 15 hari atau jemur natural 30 hari.

“Kondisi seperti inilah yang kami harapkan dukungan pemerintah baik kabupaten maupun provinsi guna meningkatkan kapasitas prosesor. Ini peluang besar untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari budidaya kopi,” harapnya.

Terpisah, Anggota DPRD Sumbar, Irwan Afriadi mengaku, bakal membantu mencarikan solusi kegalauan para petani kopi itu. Dirinya memastikan akan mendorong langsung Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi untuk dapat membantu petani dalam penyediaan alat untuk prosesing yang dimaksud.

“Usulan itu akan kami akomodir dan pasti akan menindaklanjutinya. Kita akan memfasilitasi penyediaan alat penunjang prosesing itu. Baik ke Pemkab termasuk ke Pemprov, bahkan ke Kementerian Pertanian,” ujarnya.

Anggota DPRD Sumbar Irwan Afriadi saat menjemput aspirasi petani dan pelaku Usaha kopi di Solsel, kemarin

Pihaknya kata politisi fraksi Nasdem itu akan mencoba juga memanfaatkan dua sumber dana lain. Pertama katanya, kerjasama dengan Bank Nagari yang menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani maksimal Rp 1 triliun. Lalu, memaksimalkan program Kementerian Pertanian yang menyediakan minimal Rp 1 triliun pengembangan sektor tani, tahun ini.

“Kalau di Kementerian jika dana itu kurang, kita juga siap mengusulkan penambahan ke Pak Mentan,” ujarnya.

Sebenarnya kata Irwan, dirinya juga telah menjalin komunikasi dengan pejabat Atase Pertanian di KBRI Washington Dc. Membahas kerjasama kelanjutan ekspor biji kopi minang ke negeri Paman Sam itu. Hasilnya pembicaraannya berjalan baik dan Atase Pertanian nyatanya mendukung.

“Namun, kendala justru ada di kalangan petani dalam menyediakan barang. Ternyata, Solsel baru fokus budidaya kopi, tapi lupa bagaimana prosesing. Termasuk gudang penyimpanan yang dapat menampung kopi dalam jumlah besar. Oleh kelompok pembudidaya kopi minang, itu yang dikeluhkan. Kita akan bantu,” tukasnya.( afri )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.