Rano Karno Kagumi dan Apresiasi Seni Budaya Sumbar

by -
Rano Karno dan Yusman di studio Tegal Senggotan RT 02-RW 11, 53, Tirtonirmolo, Kasihan Bantul, Yogyakarta

Yogyakarta – Rano Karno (61 th) aktor dan sutradara serta mantan Gubernur Banten Jawa Barat, menyatakan kekagumannya sekaligus mengapresiasi kegiatan seni budaya di Sumatera Barat yang sejak lama hingga kini terus menggeliat di tengah-tengah kemajuan dan perkembangan zaman.

Hal itu ditandai tinggi dan beragamnya kegiatan seni budaya Sumatera Barat tampil untuk publik, baik di tanah leluhur kelahiran ayahnya Sukarno M. Noer asal Pasaman, Sumatera Barat maupun di tingkat nasional bahkan internasional yang sejatinya harus tetap dipertahankan setiap ruang dan waktu.

Demikian dikemukakan Rano Karno saat melakukan kunjungan silaturahmi ke studio pematung Sumatera Barat asal Pasaman, Yusman (57 th) yang baru saja usai mengikuti pameran besar seni rupa Sumatera Barat 8 sd 13 November 2021 lalu di kota Payakumbuh. Yusman merupakan salah seorang teman dekat dan sahabat yang telah lama di kenalnya melalui dunia seni rupa seperti seni patung di Tegal Senggotan RT 02/RW 11, No. 53, Tirtonirmolo, Kasihan Bantul, Yogyakarta, Rabu, 17/11/21 kemarin.

Menurut Rano Karno, melalui ayahnya Sukarno M. Noer semasa beliau masih hidup serta sumber-sumber lain yang ditelusurinya, ia mengaku banyak belajar tentang kebudayaan Minangkabau terutama dalam persoalan seni budaya leluhur kelahiran orang tuanya itu.

Dalam seni budaya tersebut terdapat seperti seni pertunjukan, sastra, teater, randai, saluang, rabab dan musik secara umum, juga tidak ketinggalan dunia seni rupa dalam etalase seni rupa Indonesia yang tetap saja terus menggeliat di tengah-tengah masyarakat sekalipun dalam kondisi covid 19 yang melanda dunia hingga saat ini.

Disebutkan, tokoh-tokoh Sumatera Barat umumnya Minangkabau khususnya sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia, banyak menjadi pemimpin di medan perang, pemikir di kancah diplomasi dan kreator pemerintahan, apalagi dalam dunia seni dan banyak lagi.

Kemudian, minangkabau pun pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan, peradaban dan juga pembaharuan dengan menjamurnya sekolah dan pesantren. Para ulama pembaharu dan sejumlah tokoh pun dilahirkan dari ranah Minang ini. Ketokohan mereka diakui di pentas naional dan dunia. Kita mungkin bangga dengan masa lalu Minangkabau yang harum semerbak, ujar Rano Karno yang telah membintangi puluhan film layar lebar dan sinetron itu menambahkan.

Yusman dan Rano Karno, diapit dua anak Yusman Rizky dan Deva

Sebagai generasi penerus harapan bangsa dan negara kita selaku generasi muda saat ini seyogyanya harus mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan kita di tengah-tengah derasnya kebudayaan asing yang menggerogoti tanah air. Sebagaimana mengutip perihal sejarah perjuangan bangsa yang pernah dikemukakan Soekarno ; “Jangan sekali- kali melupakan sejarah dalam perjuangan bangsa dan negara ini”, ujar Rano Karno menceritakan.

Hal yang menarik, Rano Karno juga menyatakan kekagumannya atas kegiatan dunia seni rupa Sumatera Barat, baik oleh seniman di daerah sendiri maupun urang awak di perantauan setelah ia membaca dan mengamati sejumlah katalogus dan pemberitaan pameran seni rupa dari media massa dalam beberapa bulan terakhir, ujar gubernur Banten, Jawa Barat itu menceritakan pengalamannya.

Rano Karno menceritakan masa kecilnya pernah tinggal di Kemayoran di Gang 7, yang disebut sebagai Gang Tai. Jangan dibayangkan masa kecil Rano Karno tampil sebagai orang hebat. Kedua orang tua saya hidup apa adanya. Bahkan saya makan sepiring berlima adik kakak dengan telur yang dipotong lima. Saat masih anak-anak bersekolah dulu, tiap hari jalan kaki dari Kemayoran, hingga Gunung Sahari. Ini pulalah yang menjadi kekuatan almarhumah ibu saya untuk selalu bahagia ” ujar Rano Karno putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Soekarno M. Noer (Minang) dan Istiarti M Noer (Jawa).

Sementara, Yusman pematung urang awak kelahiran Sukamenanti, Pasaman, Sumbar, 12 November 1964 dan telah 30 tahun lebih menetap dan berkarya di Yogayakarta, mengaku senang atas kunjungan Rano Karno ke studionya. Kunjungan tersebut sudah kedua kalinya dilakukan Rano Karno ke studionya , kunjungan pertama tahun 2020 lalu oleh putra Sukarno M Noer asal Bonjol Pasaman tersebut.

Selama kariernya sebagai pematung, studionya di Tegal Senggotan RT 02/RW 11, No. 53, Tirtonirmolo, Kasihan Bantul, Yogyakarta Jogjakarta telah dikunjungi 5 Presiden RI beserta keluarganya, mulai dari keluarga Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono serta petinggi lainnya di Indonesia. Kunjungan SBY dilakukan menjelang akhir jabatannya tahun 2014 lalu sebagai persiapan pemasangan patung 6 enam Presiden RI di Istana Bogor saat itu.

Soal kunjungan silaturrahmi Rano Karno ini, Yusman mengisahkan perjalanan hidupnya yang nyaris sama dengan Rano Karno yang masa penuh lika-liku hidup. Jika Rano Karno masa kecilnya saat berusia 12 tahun pernah menjual gorengan di kediaman orang tuanya di Jakarta sementara Yusman masa kecilnya pernah menjual es lilin di kampung halamannya, Pasaman, ujar pematung yang karya-karya monumentalnya telah bertebaran di banyak provinsi dan daerah di Indonesia.

Semua itu tentulah bagian dari perjalanan hidup kami berdua saat masih anak-anak jelang remaja yang dapat menjadi bahan rujukan bagi anak-anak muda milenial saat ini, ujar Yusman yang disambut gelak tawa Rano Karno, seraya mengakhiri pembicaraannya. (mh)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.