Ratusan Siswa SMKN 4 (SSRI/SMSR) Padang Studi Seni Budaya ke ISI Padangpanjang, Tanah Datar dan Rumah Kelahiran Bung Hatta

by -

SEMANGAT SUMBAR-Ratusan siswa SMKN 4 (SSRI/SMSR) Padang, Rabu (1/11) lalu melakukan studi seni budaya ke tiga lokasi meliputi ISI (Institut Seni Indonesia) Padangpanjang, obyek wisata sejarah Batu Batikam dan Batu Basurek serta rumah kelahiran Bung Hatta di Jalan Soekarno-Hatta No. 37 Bukittinggi, Sumatera Barat. Para siswa yang mayoritas kelas XI dan satu kelas XII itu terdiri dari jurusan seni patung, desain komunikasi visual, desain produk kriya tekstil, desain produk interior landscaping dan akuntansi berbasis seni budaya.

Di ISI Padangpanjang, rombongan yang diterima Dekan FSRD, Zulhelman, PD II, Yandri, ketua jurusan seni murni Hamzah dan beberapa staf pengajar dari Seni Murni, DKV, Seni Kriya, Fotografi dan pertelevisian itu memberikan penjelasan kepada peserta didik SMKN 4 Padang perihal perguruan tinggi seni ISI Padangpanjang, diantaranya program studi seni budaya yang ada di kota Serambi Mekkah itu, berbagai aktivitas berkesenian yang pernah dilakukan para mahasiswa dan staf pengajar dikampus maupun luar kampus baik secara regional, nasional bahkan internasional, jelas Zulhelman kepada siswa.

Selain menerima berbagai informasi kampus ISI Padangpanjang dengan peran strategisnya terhadap kesenian, terutama di tanah tanah air, para peserta didik yang dimpimpin langsung guru seni budaya, Muharyadi dkk, juga mengunjungi ruang pameran tetap, studio-studi seni yang ada di kampus ini yang disertai proses interaksi dan diskusi dengan sejumlah mahasiswa dan staf pengajar guna mengamati karya-karya terbaik di ruang pajang maupun studio.

OBYEK BERSEJARAH TANAH DATAR DAN RUMAH BUNG HATTA

Usai mengunjungi kampus ISI Padangpanjang, rombongan studi seni budaya yang dipandu 18 tenaga pendidik SMKN 4 Padang itu melanjutkan perjalanan ke obyek bersejarah situs Batu Batikam, Batu Basurek Batusangkar dan Rumah Kelahiran Bung Hatta di Jalan Soekarno Hatta Bukittinggi.

“Di obyek Batu Batikam Batu Batikam yang merupakan salah satu benda cagar budaya bersejarah, berlokasi di tepi jalan Jorong Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum, atau sekitar 10 menit dari Kota Batusangkar Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat itu para peserta didik sangat terkesima dan menganggumi. Selama ini kami hanya mengetahui obyek bersejarah Batu Batikam melalui media sosial secara sepenggal-sepenggal di dukung foto-foto obyek Batu Batikam,” ujar beberapa siswa kepada semangatnes.com.

Beberapa orang petugas obyek wisata Batu Batikam, kepada sisws menjelaskan, bahwa lubang yang terdapat pada Batu Batikam tersebut kononnya bekas tikaman atau tusukan keris Datuak Parpatiah Nan Sabatang, yang kala itu bersengketa. Prasasti Batu Batikam menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan Minangkabau di zaman Neolitikum. Batu Batikam berukuran 55x20x40 cm, dengan bentuk hampir segi tiga dengan luas situs ini 1.800 meter persegi, dahulu situs ini berfungsi sebagai ‘medan nan bapaneh’ atau tempat bermusyawarah bagi kepala suku atau adat kala itu, jelas beberapa petugas memberi penjelasan.

Lebih lanjut dikatakan, susunan batu disekeliling batu batikam ini seperti sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar, membuktikan di Minangkabau, mengutamakan dan menjunjung tinggi perdamaian melalui musyawarah-mufakat dalam kehidupan masyarakat.

Dalam catatan sejarah, Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan adalah dua orang saudara yang berlainan Bapak. Datuak Parpatiah Nan Sabatang adalah seorang sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang memiliki darah aristokrat (cerdik pandai), sementara Datuak Katumanggungan adalah sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang otokrat (raja-berpunya).

Tetapi mereka dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang berasal dari orang biasa bernama Puti Indo Jalito (Bundo Kanduang).

Datuak Parpatiah Nan Sabatang, menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang demokratis, atau dalam tatanannya, “Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Sementara Datuak Katumanggungan menginginkan rakyat diatur dalam tatanan yang hirarkhi “berjenjang sama naik, bertangga sama turun”. Dikarnakan perbedaan tersebut, maka terjadilah pertengkaran hebat antara keduanya.

Tidak Jauh dari obyek bersejarah Batu Batikam para peserta didik juga menyaksikan dari dekat obyek bersejarah yang tidak kalah menarik dilihat peserta didik. Batu Basurek atau batu tulis merupakan prasasti peninggalan kerajaan Pagaruyung semasa pemerintahan Raja Adityawarman dengan menggunakan huruf jawa kuno dalam bahasa sanskerta dan diperkirakan prasasti ini ditulis tahun 1300-an masehi yang diantara isinya bercerita tentang Raja Adityawarman sebagai penguasa negeri emas yang murah hati dan penuh belas kasih.

Diakhir kungjungan, peserta didik SMKN 4 Padang mengunjungi rumah kelahiran proklamator RI, Bung Hatta, di Jalan Soekarno Hatta, 37 Bukittinggi. Di tempat ini para peserta sangat antusias dan mengangumi sejarah panjang perjalanan Bung Hatta dimulai sejak proklamtor ini masa kanak-kanak dengan keluarganya, saat remaja hingga menjadi tokoh bangsa sebagai proklamator kemerdekaan RI lengkap dengan berbagai atribut semasa Bung Hatta hidup, sebagaimana dituturkan Buk Des salah seorang petugas rumah kelahiran Bung Hatta kepada peserta didik.

Pimpinan rombongan yang juga guru senior Seni Budaya, Muharyadi didampingi, Ardim dan Jasrizal Rasyid, kepada semangatnews.com menjelaskan, kegiatan studi seni budaya ini merupakan aktivitas rutin setiap tahunnya dilakukan para peserta didik. Selain belajar teori pengetahuan di sekolah dan mengapresiasi karya seni diberbagai kesempatan pameran di berbagai tempat di Sumatera Barat, kegiatan studi seni budaya ini dimaksudkan untuk memperkenalkan lebih jauh dan lebih dalam terhadap obyek-obyek bersejarah berkaitan dengan seni budaya para leluhur sekaligus sebagai pengutan materi seni budaya dengan fleksibiltas dan kedinamisannya.

Kepada para peserta didik selain melihat, mengamati, menghayati serta menalar obyek-obyek yang dikunjungi juga diberi tugas tambahan menulis feature dari obyek-obyek yang dikunjungi, jelas Muharyadi, yang juga seniman dan pengamat seni rupa serta curator ini mengakiri pembicaraan.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.