Sri Mulyani: Pers Era Milenial Harus Berikan Informasi Berimbang

by -

Semangat Padang-Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajak insan pers tanah air mengawal cita-cita Indonesia dan mengajak dunia pers Indonesia untuk ikut berkarya dan menjaga negara RI.

Hal tersebut disampaikan Sri saat memberi pidato dalam pembukaan Konvensi Nasional Media Massa dengan tema “Iklim Bermedia yang Sehat dan Seimbang: Mempertahankan Eksistensi Media Massa Nasional Dalam Lanskap Informasi Global”.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat, saat ini portal berita dalam jaringan atau online marak bermunculan. Masyarakat memiliki banyak pilihan saluran berita.

“Dulu masyarakat cuma percaya dengan berita yang disajikan media cetak, televisi, radio, skala nasional, regional, yang telah memiliki rekam jejak baik. Sekarang, mulai beralih sebagian menikmati berita online,” ungkapnya ketika menjadi pembicara utama dalam kegiatan konvensi nasional media di Padang, Kamis (8/2/2018).

Saat ini, dengan pilihan berita yang begitu banyak, justru membuat masyarakat cenderung mengakses berita dan sumber berita yang hanya sesuai selera dan pandangannya. Celakanya, jelas Sri Mulyani, dalam persaingan kecepatan menyampaikan berita, pers cenderung menyajikan berita satu sisi atau tak berimbang. Selain itu, analisis berita tak mendalam. Berita yang disuguhkan miskin sudut pandang. Untuk itu, pers harus kembali mengedepankan cover both sides, konfirmasi dua sisi dan berimbang ketika menyuguhkan berita tentang isu atau permasalahan.

“Pers di Indonesia harus kembali menyuguhkan berita yang kaya sudut pandang dan menyajikan analisa mendalam, sehingga benar-benar mencerdaskan masyarakat. Apalagi capaian pembangunan pemerintah, harus disampaikan utuh,” ulasnya.

Menurut Sri Mulyani, pers di era kemajuan teknologi juga dihadapkan pada tantangan dalam menyajikan berita yang apik bagi generasi milenial. Generasi yang cenderung memiliki fokus pendek, yakni terbiasa dengan berita yang hanya berisi 144 karakter.

“Pers harus mampu melakukan penyesuaian, memberikan berita lengkap mendalam dengan kalimat-kalimat yang pendek. Ini tantangannya,” terangnya.

Di sisi lain, beber Sri Mulyani, tuntutan kecepatan menyiarkan berita juga memunculkan ironi. Yakni maraknya berita copy paste. Mirisnya, berita yang disebarkan adalah berita palsu yang diciptakan oleh perorangan, dengan konten tendensius, partisan, provokatif, termasuk memojokkan pemerintah.

“Ini tantangan serius, tidak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Sulit membedakan fake news dan truth news.Ini tantangan serius yang harus dituntaskan media,” ulasnya.

Menutup pembicaraannya, Sri Mulyani berharap, pers di Indonesia sebagai aktor penting dalam pembangunan negara, ikut membangun dan menciptakan kemakmuran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.