Surat Arif dari Kairo.

by -

Alhamdulillah ‘ala ni’matil azhar. Akhirnya penantian panjang serta beberapa persoalan terbayar lunas oleh kedatangan saya bersama 56 maba lainnya dari Sumatera Barat ke Kairo, Mesir. Kami sampai di bumi para nabi ini, pada 5 Desember 2018, guna menyelami samudera ilmu di salah satu universitas Islam tertua di dunia: Universitas Al-Azhar.

Rasa syukur kepada Allah SWT yang tak terhingga. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya, karena Allah SWT telah mengantarkan saya pada impian ketika masih duduk di bangku MTs.

Kendatipun demikian, menafikan kesedihan karena perpisahan dengan orang-orang tersayang, terutama keluarga adalah perkara mustahil. Tapi ini pulalah yang pasti ditanggung setiap perantau dan mesti mengikhlaskannya.

Begitu kami sampai di Bandara Internasional Kairo, rintik hujan dan cuaca yang cukup dingin ikut menyambut tamu barunya, menyertai barisan para senior kami dengan senyuman mereka yang khas. Momen yang terjadi sekali setahun ini, tentu tak lengkap rasanya tanpa diabadikan melaui foto bersama.

Setelah berbincang-bincang dan memasukkan barang-barang bawaan ke dalam bus, kami maba ikhwan (sebutan bagi mahasiswa baru) yang berjumlah 27 orang, diantar para senior ke asrama KMM (Kesepakatan Mahasiswa Minang), “Rumah Gadang” kami di bumi kinanah ini. Asrama tersebut terletak di Tajammu’ Al Awwal, New Cairo.

Sedangkan maba akhawat (sebutan bagi mahasiswi baru) yang berjumlah 30 orang diantar ke asrama yang berbeda.

Asrama KMM terdiri dari 4 lantai. Saya sekamar dengan 4 orang teman di lantai teratas.

Tak terasa 2 minggu telah berlalu. Sementara kulit tropis saya belum cukup kebal terhadap musim dingin di Mesir. Saya mesti terus berselimut atau memakai baju berlapis. Begitu juga dengan setelan lidah. Maklum saja “urang awak” yang mesti terasa “lado garamnya” ketika makan. Di sini sulit dijumpai. Masakan disini sedikit terasa asing bagi saya. Tapi saya yakin seiring berjalannya waktu akan terbiasa juga.

Lantas bagaimana pengalaman pertama mengikuti perkuliahan? Jawabannya, adalah bahwa kami wafidin (sebutan bagi para warga non-arab) akan dites lagi (tes pertama diadakan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dan telah dinyatakan lulus) oleh Al-Azhar sebelum masuk kuliah.

Lalu Al-Azhar menyediakan markaz lughah (kelas bahasa) sebagai wadah memperdalam bahasa arab. Setelah menempuh markaz lughah tersebut, In Sya Allah gelar (baca:sebutan) mahasiswa resmi Al-Azhar bisa disandang, Alhamdulillah ‘ala ni’matil azhar.

Itulah baru yang dapat saya kisahkan kepada kawan kawan semua, khusus untuk keluarga besar Ponpes Darul Ulum Padang Magek dan MAN 2 Lima Kaum, Batusangkar.

Kairo, 19 Desember 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.