Mengunjungi Seniman Seni Rupa “Urang Awak” di Yogyakarta dan Bandung Sikap dan Konsistensi Erizal AS Pantang Menyerah Menggeluti Seni Lukis Tanpa Henti

by -

Catatan : Muharyadi (Bagian Keempat)

Semangat dan pergulatan yang tak pernah henti mencari guna menelusuri idiom-idiom baru kekaryaan untuk diangkat kepermukaan menjadi karya seni sebagai konsumsi publik, merupakan salah satu ciri orang kreatif dan cikal menjadikan seseorang sukses dalam bidangnya. Tak mudah memang menjadi manusia sukses di eranya, karena semuanya memerlukan proses panjang tanpa henti dan berkesinambungan.

Demikian agaknya yang dilalui pelukis Erizal AS, lelaki kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat, 3 Februari 1979 dalam mengarungi dunia seni rupa di Indonesia yang dimulainya sejak menempuh pendidikan seni dari SMSR Negeri Padang hingga berlanjut ke pendidikan tinggi seni rupa ISI Yogyakarta. Lantas bermukim dan berkarya di daerah istimewa Yogyakarta lebih dua dekade lalu hingga kini. Setelah lulus ISI Yogyakarta tahun 2006, ia memutuskan untuk menetap disana, mengingat semangat berkompetisi selalu ada antar sesama seniman, ujarnya.

Apalagi di  Yogyakarta saya banyak belajar, baik dengan lingkungan kampus dan dengan dosen-dosen yang hebat, sebagian besar seniman juga, yang mengajarkan kita untuk selalu berkompetisi dan bertanggung jawab atas apa yang kita buat terhadap karya seni kita sendiri, ujar Erizal lagi.

Betapa tidak, tak gampang memang untuk mengarungi dunia seni rupa ditengah-tengah bertaburan nama-nama besar seniman seni rupa di tanah air, tanpa menyimpan energi sikap dan konsistensi pantang menyerah untuk senantiasa menggeluti dunia seni lukis tanpa henti.

Saat mengunjungi studionya di Tirtonirmolo, Tegal Senggotan 19 B, RT. 01/RW 11 Bugisan, Kasihan Bantul, Yogyakarta, terlihat puluhan karya berukuran besar baru saja selesai dikerjakan dan masih berbau aroma media yang digunakan hasil penggambaran dan penggalian artistik yang melatarbelakangi proses penguatan energi kreatifnya terkesan hingga terasa menghipnotis mata.

Pelukis Erizal AS yang beberapa tahun silam terbilang sibuk mengurus organisasi “Sakato Art Community” Yogyakarta sebagai ketua dengan ratusan anggota yang nota bene “urang awak” di sela-sela penekunan seni lukis yang digelutinya dalam percaturan senirupa Indonesia di usianya yang masih relatif muda. Dalam kurun waktu itu pula seni lukis kontemporer yang digelutinya, membuat namanya dikenal luas dalam peta seni rupa Indonesia.

Bukan tanpa alasan, sikap aktifnya mengikuti pameran bersama di dalam dan luar negeri dapat menjadi indikasi keseriusan kreativitas dan produktivitas di dunianya dengan karakter kerja lukis melukis yang digeluti dan disiastinya dengan sungguh-sungguh.

Semangat untuk terus mencari hal atau sesuatu yang baru dan unik untuk seni itu sendiri. Tentu banyaknya event pameran yang dapat kita Lihat terus menerus untuk menjadi acuan atau perbandingan atas pencapain dari sesama seniman, maka dari situlah kami mendapat proses pembelajaran atau saling belajar, bahkan sampai saat ini saya masih belajar

Banyak pendapat bermunculan yang mengatakan dunia kepelukisan Erizal AS adalah upayanya membangun unsur ritme yang dipilihnya melalui alat-alat musik, figur manusia, dan alam. Makna dari ketiga unsur itu tampil secara menyolok pada torehan garis dan warna yang demikian ekspresif secara sungguh-sungguh bahkan tak ingin lagi menyisakan sesuatu di kanvasnya.

Sebagaimana yang saya amati secara teliti sapuan-sapuan kuas di banyak karya-karyanya melahirkan tekstur berlapis yang mengaduk-aduk imajinasi di antara goresan, lelehan, dan torehan garis dan warna sebagai pokok gagasan yang dapat kita sidik sebagai sebuah dinamika wujud kerja dan keseriusannya untuk menggambarkan hal-hal hakiki dalam kecendrungan abstrak ekpresionis.

Erizal AS dengan naluri kepekaannya merekam berbagai dinamika yang ditangkap secara inderawi oleh banyak kalangan dinilai memiliki karya-karya kekinian penuh energi yang meledak-ledak, dengan kesegaran dan semangat yang luar biasa.

Bahkan ia kini mempersiapkan pula galeri terbarunya di tanah kelahirannya, Padangpanjang, Sumatera Barat sebagai bentuk perluasan apresiasi dunia kepelukisan di kampung halamannya, tepatnya berdekatan dengan terminal bis busur Padangpanjang. Sekarang menunggu waktunya untuk resmi dibuka, ujar Erizal memberi penjelasan. (Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.