Road Map Politik Indonesia

by -

Oleh Awaluddin Awe

Saya sungguh tercekat oleh kasus yg menimpa Bung Indra Jaya Piliang (IJP). Betapa tidak, seorg tokoh muda politik yg cekatan dan trampil bermain di pentas nasional, akhirnya harus terperosok dan jatuh pada titik yg sgt tidak diduga duga.

Bagi saya pribadi dan teman2 aktifis dimana saja, pastilah berkata bahwa apa yg menimpa IJP sgt disesalkan dan sungguh tdk diduga sama sekali. Dapat dipastikan setiap tokoh besar dan politikus mengalami depresi dan stress akibat efek lakon yg dimainkannya. Pastilah jantung para politisi akan berguncang hebat, setiap kali terjadi manuver atau pertarungan isu di seputaran mereka. Ttp krn saraf mrk baja, maka mrk banyak yg baik2 saja, meski tak sedikit yg ambruk, sakit dan kemudian berpulang kerahmatullah.

Cara berpikir yg sgt rasional, bahwa ini sebuah game, permainan, maka para politisi mahir jarang terganggu perasaan, pikiran dan imaginasinya. Setelah keluar ruang kerja, mrk sgt bebas menikmati kehidupan, termasuk kehidupan pribadi.

Bahwa banyak para politisi menyukai kehidupan malam ya, krn disitu mrk bisa melepaskan lelah, berkaraoke dan menikmati berbagai minuman penghangat tubuh. 

Saya pernah punya pengalaman pribadi, saat menjadi wartawan Bisnis Indonesia, diajak Uda Basril Djabar, saat masih menjadi Ketua Kadin Sumbar, mengikuti sejumlah tour promosi Sumbar ke Malaysia, Singapura, Thailand, Korea Selatan dan Hongkong. Rata2 welcome party dan dinnernya diawali dan diakhiri dgn minuman penghangat, atau beralkohol berat.

Saat di jamu Walikota Pusan, Korsel, saya duduk satu meja dgn Dirut Bank Nagari Suharman, waktu itu, saya hanya sempat satu kali menenggak minuman saat sang walikota menawarkan toast dari panggung kehormatan. Ya Ampun, tenggorokan saya terasa terbakar menenggak seperti anggur putih itu. Akhirnya, sejumlah ajakan toast lain, anggurnya sya buang ke lantai.

Saat menghadiri Munas Kadin Indonesia di Bali, saya diajak Uda Basril Djabar, mengikuti acara penutupan di atas kapal pesiar. Di situ saya lihat, seorg tokoh besar Indonesia sempat sempoyongan dan nyaris terjatuh saat sedang menari bersama dgn Putri Indonesia. Demi menghormati sang tokoh, dia segera dibawa turun kapal ke hotel, dan acara party ditutup.

Saya juga banyak bertemu dgn calon jenderal saat menikmati kehidupan malam, dan akhirnya mrk ttp jadi jenderal yg sesungguhnya.

Apa pesan yg ingin saya katakan dgn perumpamaan itu, bahwa antara politikus, pengusaha, wartawan dgn kehidupan malam bak mata uang bersisi dua. Bagi saya pribadi, sebagai pimpinan media, terus terang saya akui bahwa perkuatan hubungan bisnis media yg saya pimpin banyak dipengaruhi oleh kehidupan malam, krn pada saat itulah saya bertemu dedengkot bisnis, dan menawarkan kerjasama.

Saat Pangkostrad Eddy Rahmayadi, masih menjadi Dandim di Batam, saya dan pimpinan media tempat kami bekerja, sempat bersitegang dgn beliau, terkait dgn pemberitaan pemilihan legislatif yg mengkaitkan peran TNI. Beliau mengutus Kasdimnya, Suparno, bertemu saya. Intinya, pak Dandim melalui Kasdim meminta berita itu dihentikan. Saya bilang, tidak ada hak Dandim menghentikan berita itu krn hal itu mmg terjadi. Akhirnya saya dan pimpred serta Kasdim Suparno sepakat berita ttp terus naik, ttp dgn menjelaskan porsi TNI yg sebenarnya. Selesai, pak Eddy Rachmayadi memerintahkan Kasdimnya meneraktir saya dan pimpred kami, ke sebuah karoke ternama di Batam.

Selama menjalani kehidupan malam saya sama sekali tidak berniat merasakan, mencicipi dan bahkan mengkonsumsi narkoba sekalipun juga. Padahal, kita berada di sarangnya, dan saya tau siapa pengelolanya.

Tetapi ikhtiar dlm hati tdk ingin hancur akibat mimpi tak jelas, saya berhasil keluar dri Batam dgn darah tak ternoda narkoba.

Saya juga berhatap sama dgn para politisi muda saat ini. Bahwa tuntutan profesi kerap mengantarkan kita pada situasi yg tdk bisa kita tolak, dan harus kita lakoni, maka bersikap hati hati menjadi sgt penting. Kita harus sadar bahwa profesi kita cenderung menjadi penarung masa depan kita sendiri. Jika kita larut, maka akan merugikan kita, keluarg dan tempat kita bekerja.

Publik tidak pernah tau, apa alasan dan argumentasi kita. Saat kita terjatuh, terperosok, publik hanya tau, kita tak pantas lagi dihargai. Kita langsung masuk tong sampah.

Bagi pemilik masa depan bangsa ini, termasuk adik2 yg berkiprah di pentas nasional dan lokal, ayo jadikan kasus yg menimpa saudara kita IJP sebagai pembelajaran dan masukan perbaikan di masa depan.

Saya menawarkan, mari kita bentuk Road map politik Indonesia bebas narkoba dan KPK!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.