Mengunjungi Seniman Seni Rupa “Urang Awak” di Yogyakarta dan Bandung Karya Tiga Dimensi Ali Umar Bertutur Mengungkap Realita Kehidupan dalam Bahasa Simbolik

by -
Seniman Ali Umar

Catatan : Muharyadi (Laporan Kesembilan)

Meski seni patung tidak sepopuler seni lukis di Sumatera Barat sejak lama, tetapi bukan berarti urang awak, baik di daerah sendiri maupun di perantauan tidak membuat atau menciptakan seni patung. Semua itu tentulah orientasinya harus dilihat dari aspek peran dan fungsi strategis yang semata-mata untuk keindahan bernilai seni tinggi.

Satu diantara puluhan sosok seniman patung “urang awak” itu diantaranya adalah Ali Umar, kelahiran Ipuh, Kurai Taji, Padangpariaman, Sumatera Barat, 3 Januari 1967. Namanya bukanlah nama asing bagi kalangan perupa Indonesia, terutama seni patung yang telah 30 tahun malang melintang dengan suka dukanya di dunia yang digelutinya.

Dr. Sumartono, MA, salah seorang dosen ISI Yogyakarta suatu kali pernah menyebutkan, di era tahun 1987 an Ali Umar pernah melakukan terobosan gaya dalam seni patung, karena saat itu banyak bermunculan patung bergaya figuratif. Dan, dari sini pula Ali Umar membuat berbagai macam patung lain daripada yang lain.

Yang lahir kemudian seni patung bermuatan bermacam persoalan-persoalan yang muncul diakibatkan kekuatan politik, ekonomi global, sampai pada masalah ideologi yang menjadi isu-isu atau berita bohong terorganisir, sistemik sehingga tak berhenti mengacau publik termasuk seniman dalam ranah estetis.

Karya Ali Umar

Salah satu karya terbaru (2021) Ali Umar berjudul Rumah susun berbahan kayu jati melakukan kritik tentang bahaya akan rumah susun apartemen yang banyak ditemui di kota-kota besar dan kerap mengeruk air di bumi untuk kebutuhan rumah susun. Akibat menyedot air terlalu berlebihan berakibat lingkungan sekitar kehabisan air dan dengan sendirinya masyarakat sekitar kehabisan air.

Selain itu hal yang vital di rumah susun masyarakat yang tinggal disini secara sosial lebih bersifat individualistik, egoistik dan menghilangkan citra masyarakat sebagai orang timur yang terkenal  dengan keramahtamahan, sopan santun dan elok sebagai identitas ketimurannya.

Karya Ali Umar terbaru lainnya diu tahun 2021 ini perihal filosofis daun yang dituturkan dengan bahasa Daun Hidup,  berbahan kayu jati, menurut Ali Umar, jangankan manusia daun yang kering pun Allah yang menjatuh kan. Daun itu hidup dan bisa mati sebagai narasi perumpamaan pada kehidupan manusia.

Karya yang lain berjudul Keberagaman Indonesia berbahan kayu jati (2021)  menampilkan beragam arsitektur yang ada di tanah air sebagai suatu kemajemukan masyarakatnya dengan strata sosialnya yang beragam dan multi etnik.

Karya-karya patung lelaki yang tampil urakan, berambut gondrog dan berkumis tebal ini di kalangan seniman  seni rupa, sering mengagetkan. Betapa tidak, karya-karyanya banyak bertutur perihal dinamika dan beragam persoalan yang sering diamati dan disaksikan kecara kasat mata dihadapannya yang disebut sebagai “Seni Preeet”. Seni Preeet fokus kepada persoalan yang ada dalam diri seniman, pada realitas kemanusiaannya, realitas lingkungan hidup menuju cita-cita luhur bersama dalam kebersamaan dan keberlangsungan hidup yang madani.

karakterbenda karya Ali Umar

Seni Preeet sebagai suatu harapan yang diimpikan dan didapat, sehingga muncul ungkapan spirit berkarya dan mewakili ekspektasi seni, karena ia hadir di hiruk pikuk seni yang membuat semakin kikuk ; seperti seni yang sedang kita pikirkan sekarang, kemudian berubah-ubah dan pada akhirnya menjadi Preeet.

Menurut Ali Umar, Seni Preeet merupakan harapan yang telah diimpikan dan didapat, sehingga muncul ungkapan spirit berkarya dan mewakili ekspektasi seni. Di Indonesia misalnya, ia bisa hadir di hiruk pikuk seni yang membuat semakin kikuk ; seperti seni yang sedang kau pikirkan, kemudian berubah-ubah dan pada akhirnya menjadi Preeet. Sementara Preeet tidak bisa dipreeetkan karena Preeet adalah Preeet itu sendiri.

Menurut seniman fenomenal ini, Seni Preeet mengungkapkan , “kita tidak pikirkan apa yang orang pikir, kita pikir apa yang kita masalahkan”. Preeet yang lebih baik dan mendekat pada kesempurnaan adalah proses yang dilalui serta kritik dan saran yang membuat kita bisa hidup dan berkembang.

Mengutip wawancara Ali Umar dengan youtuber Jajang R Kawentar, menyebutkan Preeet menjadi kata, nama atau istilah yang mampu mewakili kesetaraan inspirasi seniman dalam memerdekakan ekspresi dan kreatifitasnya? Apa yang kau inginkan sesuai dengan kata hati kau ciptakan dan disepakati oleh pikiran. Maka Preeet menjadi nyata, bisa dinikmati panca indra, mungkin bisa dimakan, mungkin menjadi barang pakai, sampai dapat menikmatinya.”. Preeet yang lebih baik dan mendekat pada kesempurnaan adalah proses yang dilalui serta kritik dan saran yang membuat hidup.

 

Karya-karya patung Ali Umar mampu memperlihatkan sikap dan kepribadiannya yang cukup peka dengan dengan realita kehidupan. Sebagaimana yang diperlihatkan pada sejumlah karya secara simbolis. Dan secara konseptual dengan mudah dapat ditelusuri benang merahnya.

Hal yang menarik, pematung Ali Umar yang kini bermukim dan berkarya di kediaman Jogonalan Kidul Rt. 03. Tirtonirmolo Kasihan Bantul Jogjakarta itu, melalui karya-karyanya ia memiliki sikap terhadap hal-hal yang terjadi luar dirinya sendiri yakni nilai-nilai di luar dirinya seperti beragam peristiwa aktual yang direfresentasikannya melalui simbol-simbol  sebagai pesan karya.

Selama kariernya sebagai seniman patung, sejak tahun 1989 silam hingga kini Ali Umar telah melakukan pameran tunggal tujuh kali di dalam dan luar negeri di dua belas negara termasuk Malaysia dan puluhan kali pameran kolektif dengan berbagai seniman di tanah air. (Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.